Demi masa, tahun ini akan segera berakhir. November segera mencapai penghujung. Lalu Desember, kemudian tahun baru. Pertarungan manusia dengan langit segera dimulai. Manusia memanjatkan doa, harapan dan resolusi sebanyak-banyaknya kepada langit. Beberapa doa itu bertabrakan dibalik awan, menjadi petir lalu langit membalas dengan menurunkan hujan berhari-hari, berminggu-minggu dan manusia membalas lagi dengan umpatan-umpatan. Pertarungan yang lucu, jika kau perhatikan. Cih!
Kita dilahirkan di dunia ini untuk menciptakan keputusan yang berat, kemudian menghadapi konsekuensi-konsekuensi yang lebih berat. Bukan untuk lari dan bersembunyi dari keputusan dan konsekuensi itu.
Aku pernah berpikir bahwa hidup dan segala yang ada di dalamnya itu biasa-biasa saja, bahkan cenderung memuakkan. Hidup adalah sebuah konstelasi dari segala sesuatu yang dapat membuatmu menderita. Aku pernah berada di titik itu, titik paling suram, coba menyelam lebih dalam blog sederhana ini. Merasa bahwa hidup di dunia adalah sebuah kesia-siaan. Disia-siakan, disakiti, dilukai, dihancurkan sampai berkeping-keping sudah menjadi makanan sehari-hari.
Aku pernah berpikir bahwa hidup ini tiada arti. Mencintai tapi tak dicintai, memberi tapi tak diberi, membahagiakan tapi disakiti, berjuang sepenuh hati tapi tak dihargai, berusaha menyenangkan tapi malah diasingkan. Sampai bertahan menjadi pilihan terakhirku untuk menyusuri jalan yang sepi.
Kita adalah sepasang salah (antara dua aku), yang menolak untuk pasrah.
Aku pernah berpikir bahwa hidup hanyalah sebuah cobaan. Untuk apa dilahirkan, bila tak pernah merasa kebahagiaan. Hidup hanya menunda kekalahan, kata Chairil Anwar. Terjun di dalam belantara kehidupan, dimana manusia hanya memikirkan dirinya sendiri, tanpa peduli apa yang orang lain rasakan, tanpa peduli medan perang apa yang tiap hari orang lain hadapi. Entah sekarang atau nanti tapi ada saatnya kau harus belajar menerima dengan pernerimaan yang baik, kenyataan bahwa semesta tidaklah konsisten. Hanya karena kau telah melakukan hal-hal baik, semesta tidak memihak. Begitulah Amorfati, mencintai takdir walau terkadang takdir itu brutal!
Jika setahun sekali manusia merayakan tahun baru, aku kira kita juga mesti merayakan hari-hari dimana kita memilih untuk meneruskan hidup diantara beratnya keadaan. Untuk kita yang tetap bertahan dan memilih untuk terus melanjutkan. Karena, butuh keberanian yang banyak untuk melanjutkan hidup, dibanding mengakhiri hidup.
Setelah menghitung kehilangan-kehilangannya, Entah kenapa sering menatap langit lalu berbisik kepada diri ku sendiri.. "Mungkin aku harus mulai mencintai segala takdir buruk ini, agar ia takut menghilang seperti hal-hal lain yang pernah aku cintai"
Menua itu semua, pasti. Yang harus kau lakukan sekarang adalah terus memperbaiki dirimu sendiri. Hidup bukanlah perkara menunggu agar ditemukan oleh sesuatu, hidup bukanlah perkara menjemput agar menemukan sesuatu, hidup adalah perkara tentang bagaimana kau hanya harus terus menerus berbuat baik, menebar kekuatan bukan ketakutan, mencintai takdir, memanusiakan manusia, dan tak melukai ciptaan-Nya. Jangan pernah menuntut apapun dari kehidupan, kau akan terluka. Yang harus kau lakukan adalah menjadi baik tiap detiknya. Hidup adalah perkara ditemukan. Ditemukan oleh-Nya yang mempunyai kekuatan lebih besar dari sekedar manusia dan alam semesta. Kau akan ditemukan dan mencipta kebahagiaan. Kau layak dicintai sepenuh hati. Percayalah. Dan apabila kau sudah ditemukan, jangan pernah kau sia-siakan. Teruslah mencinta.
Jangan bosan jadi orang baik.
Nice gan
BalasHapusSetiap manusia mempunyai takdirnya masing masing maka cintailah takdir
BalasHapusMantap gan, kata2nya penuh makna, terhanyut membacanya.. Pemilihan kosakatany juga keren.. Salam dari janganstop.com
BalasHapus"Kita adalah sepasang salah (antara dua aku), yang menolak untuk pasrah." Mas tolong jabarin pemahamannya masih bingung
BalasHapusMualaq tak dapat diprotes sang mubrom kau kendalikan 😁
BalasHapusterus semangat memberi manfaat dalam kehidupan gan
BalasHapusDalem....
BalasHapus