For Ads

Post Top Ad

Artikel

Membedah Marxisme: Jalan Menuju Fiqih Pembebasan

Sederet kalimat klise yang sering kita jumpai di media sosial. Biasanya argumen seperti ini keluar dari orang-orang yang malas belajar. Dikiranya kritis tapi ampas.

Marxisme itu judul utopis.
Marxisme itu ateisme, Marxisme itu agnotisme.
Semua Negara kiri bubar. hancur berantakan, masih percaya sosialisme?
Marxisme itu anti Agama.
..Dan yang paling parah, Marxisme itu antek-antek PKI.

Beberapa kalimat di atas adalah kalimat yang tidak layak diajukan dalam diskusi ilmiah. Bahkan sangat memalukan jika seorang terpelajar yang melontarkan argumen seperti itu. Sebab itu bukti bahwa yang melontarkan tidak paham marxisme, pengentahuan sejarahnya nol dan paling parah anti terhadap penelitian ilmu pengetahuan ilmiah.

Kenapa seperti itu?

Sebab argumentasi seperti itu adalah sanggahan dangkal tanpa dialektika sama sekali. Terjatuh dalam empirisisme, malah parahnya terjebak dalam fatalisme; mengganggap kapitalisme sebagai takdir yang tidak bisa dirubah sama sekali.

Marxisme atau sosialisme ilmiah adalah sebuah teori sosial. karya ilmiah yang disusun berbdasarkan hasil penelitian. Sangat wajar sekali jika dikritik. Sangat wajar jika ada yang menolak dan ada yang setuju. Yang tidak wajar itu karya ilmiah tapi dilarang. Ditakuti seperti hantu bergentayangan. Apakah yang utopis itu semenakutkannya sehingga harus dilarang dibanyak negara? Menurutku tidak, ia menjadi terlarang hanya karena berbeda dengan arus utama.. cuma itu.

700 melenium lamanya manusia pernah berkeliaran di muka bumi tanpa negara dan tanpa busana. Sekitar ribuan tahun lamanya, feodalisme berkuasa. Kapitalisme baru dua abad itu pun tanda-tanda kehancurannya sudah nampak. Gara-gara Covid-19 saja ekonomi dunia berantakan, tanda kecil betapa kapitalisme tidak menyelamatkan manusia sama sekali. Nanti juga hancur karena kontradiksi yang ia kandung sendiri.

Dulu ketika feodalisme berkuasa, orang tidak menyangka kapitalisme akan hadir. Tapi nyatanya ia hadir juga, maka wajar sangat wajar jika sekarang ada yang meragunakan sosialisme karena ia tercebur dalam kapitalisme. Lingkungan sosial memang menentukan kesadaran seseorang. Ini serupa dengan ikan yang hidup di tengah samudera yang meragukan adanya daratan. Masuk akal bagi si Ikan, tapi tidak relavan dengan realitas.

Boleh saja menganggap marxisme sebagai utopis. Lagian itu cuman teori bukan dogma yang harus ditelan mentah-mentah tapi tempatkan ia layaknya teori ilmiah. Kritik dengan cara elegan, bila perlu buat karya ilmiah juga untuk menggelutinya, bukan malah melempar narasi sok kritis yang jatuhnya dangkal sekali.

Apakah marxisme telah gagal? Standarnya apa kita, menilai sebuah ideologi itu gagal.

Setelah Uni Soviet runtuh, perjuangan kaum sosialis dunia merosot kembali ke tingkat awal. Merumuskan ulang taktik perjuangan, apalagi kapitalisme pun makin dewasa. Maka mengcopy paste apa yang terjadi di zaman dulu secara mentah adalah bunuh diri, yang terpenting adalah landasan yang ditinggalkan Marx disesuaikan dengan konteks sekarang. Marxisme bukan dogma yang rigid.

Uni Soviet zaman stalin adalah sosialisme yang pincang. Stalin menerapkan ekonomi sosialis tapi menghianati demokrasi yang merupakan ciri khas marxisme. Maju secara ekonomi, tapi mencedrai sisi yang lain. Bayangkan pincang saja ekonominya sudah maju sekali, apalagi kalau tidak pincang?

Soal runtuhnya Uni Soviet adalah soal lain yang tidak ada hubungannya dengan kegagalan sosialisme. Kecuali itu memang kamu anti dialektika, maka ilmu cocokologi seperti itu cocok untukmu; Uni Soviet bubar artinya seosialisme gagal.. Jadi mungkin, kalau sekarang indonesia sekarang tidak maju itu sama dengan pancasila tidak relavan? Dangkal sekali bukan.

Kalau ada kaum terpelajar yang bilang marxisme gagal, maka perlu ditanyakan kembali.. Standarnya apa, metodologi yang kamu gunakan hingga mencapai kesimpulan itu apa?
Marx menamakan teorinya dengan nama yang sangat amat sederhana; Kritik terhadap politik ekonomi perspektif kaum proletar. Historical marxism adalah sumbangan terbesar marx terhadap ilmu pengetahuan sosial yang pada waktu itu sangat hegelian. Dunia ilmu pengetahuan yang sekarang mewarisi tradisi marxisme dalam beragam bentuk. Artinya epistemologi marx mendorong perkembangan analisa yang ikut nyumbang kemajuan ilmu pengetahuan. Kalau kamu kuliah hukum, pasti tahu bahwa tradisi kritis hukum adalah corak marxisme yang dipelopori oleh Frans Neumann dan Otto Krichheimer. Dalam bidang sosiologi lahir sosilog marxis  semacam Max Hokheimer. Dalam bidang sosial psikolog lahir Erick Formm. Bahkan dalam bidang Agama pun pengaruh marxisme melahirkan teologi pembebasan. Ada ratusan pemikir-pemikir hebat yang membangun tradisi marxis dalam bidang keahlian mereka. Artinya, marixisme tidak mati, ia berkembang menjadi anti-tesa bagi pemikiran dominan dalam berbagai disiplin pengetahuan.

Ketika kaum Agamawan konservatif membawa Agama pada titik pasrah terhadap penindasan, kaum marxis menafsirkan Agama dalam kerangka marxisme untuk mendorong perlawanan terhadap penindasan. Maka tidak heran kenapa hampir semua pahlawan kemerdekaan di berbagai Negara pasti berasal dari golongan marxis. Maka sangat dungu sekali argumen yang mengatakan marxisme telah mati, sebab sedikit kekeliruan.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad